SEJARAH KEMAJUAN, KEMUNDURAN, DAN KEBANGKITAN DUNIA BARU ISLAM
SEJARAH KEMAJUAN,
KEMUNDURAN, DAN KEBANGKITAN DUNIA BARU ISLAM
A. Kemajuan Dunia Islam
a.1) Dinasti
Umayah (661-750 M)
Bani Umayah adalah keturunan Umayah bin
Abdul Syams, salah satu suku Quraisy. Dalam sejarah Islam Bani Umayah
mendirikan dalam dua periode: Damascus dan Cordoba.Dinasti umayah dimulai
dengan naiknya Muawiyah sebagai khalifah pada tahun 661 M. Bani Umayah berhasil
mengokohkan kekhalifahan di Damascus selama 90 tahun (661 – 750). Penyebutan
”Dinasti” pada kekhalifahan Bani Umayah karena Muawiyah mengubah sistem suksesi
kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan kepada yang
bersifat keturunan.
Muawiyah berhasil memperluas wilayah
kekuasaan Islam dengan menaklukkan seluruh Imperium Persia dan sebagian
Imperium Bizantium. Bahasa Arab menjadi bahasa administrasi secara resmi
disamping bahasa bangsa-bangsa yang bersatu. Dan dari persatuan berbagai Bangsa
di bawah naungan Islam lahirlah benih-benih kebudayaan Islam yang baru.
Kemajuan-kemajuan diberbagai bidang mulai diraih kekhalifahan Islam diantaranya
adalah:
·
Bidang ekspansi wilayah
·
Bidang bahasa dan sastra Arab
·
Bidang pembangunan fisik sarana prasarana penunjang
kebudayaan dan pemerintahan seperti masjid-masjid, istana-istana
peristirahatan.
Sesungguhnya di masa ini gerakan-gerakan ilmiyah telah
berkembang pula, seperti dalam bidang keagamaan, sejarah dan filsafat.
_____________
1)
Thohir Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Dikawasan
Dunia Islam. Jakarta : P.T. Raja Grafindo.
2)
Yatim Badri. 2006. Sejarah peradaban Islam.
Jakarta : P.T. Raja Grafindo.
3)
Mubarok Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam.
Bandung : Pustaka Bani Qurasy.
Kekuasaan dan kejayaan Dinasti Bani
Umayah mencapai puncaknya di zaman al-Walid. Sesudah itu kekuasaan mereka
menurun. Terlalu banyak faktor yang harus mereka hadapi untuk bisa terhindar
dari kehancuran. Gaya hidup mewah (hubuddunya) jauh dari gaya hidup Islami
dikalangan keluarga para khalifah. Faktor ini turut memperlemah jiwa dan
vitalitas keluarga dan anak-anak khalifah, sehingga mereka kurang sanggup
memikul beban pemerintahan yang demikian besar. Disamping faktor ini telah
menimbulkan ketidakpuasan dikalangan orang saleh. Faktor Ketidakadilan, dan
masih banyak lagi faktor lainnya.
Pada awal abad ke-8 (720 M) sentimen
anti-pemerintahan Bani Umayah telah tersebar secara intensif. Kelompok yang
merasa tidak puas bermunculan. Rongrongan Khawarij dan Syi’ah yang
terus-menerus memandang Bani Umayah sebagai perampas khilafah. Gerakan
oposisi yang pertama-tama dinamakan Hasyimiyah dan kemudian Abbasiyah dipimpin
oleh Muhammad bin Ali. Gerakan ini mendapat dukungan terbesar dari orang-orang
khurasan yang merupakan basis partai Ali. Di bawah pimpinan panglimanya yang
tangkas, Abu Muslim al-Khurasani, gerakan ini dapat menguasai wilayah demi
wilayah kekuasaan Bani Umayah. Pada Januari 750 Marwan II, Khalifah terakhir
Bani Umayah, dapat dikalahkan di pertempuran Zab Hulu, sebuah anak Sungai
Tigris sebelah timur Mosul. Ia kemudian melarikan diri ke Mesir. Sementara itu,
pasukan Abbasiyah membunuh semua anggota keluarga Bani Umayah yang berhasil
mereka tawan. Ketika mereka mencapai Mesir, sebuah kesatuan menemukan dan
membunuh Marwan II pada Agustus 750. Maka berakhirlah kekuasaan Bani Umayah di
Damaskus. Namun satu-satunya anggota keluarga Bani Umayah, Abdurrahman (cucu
Hisyam), berhasil meloloskan diri ke Afrika Utara, kemudian menyeberang ke
Spanyol. Disinilah selanjutnya ia membangun kekuasaan Dinasti Bani Umayah yang
baru dengan berpusat di Cordoba.
a.2) Dinasti
Abasiyah (750-1258 M)
Dinasti Abbasiyah yang menguasai
daulah (negara) pada masa klasik dan pertengahan Islam. Pada masa pemerintahan
Abbasiyah tercapai zaman keemasan Islam. Daulah ini disebut Abbasiyah karena
pendirinya adalah keturunan al-Abbas (paman Nabi SAW) yakni Abu Abbas
as-Saffah. Walaupun Abu Abbas adalah pendiri daulah ini, pemerintahannya hanya
singkat (750 – 754). Pembina daulah ini yang sebenarnya adalah Abu Ja’far
al-Mansur (khalifah ke-2). Dua khalifah inilah peletak dasar-dasar pemerintahan
Daulah Abbasiyah.
Para sejarawan membagi Daulah Abbasiyah dalam lima
periode;
Periode Pertama (132 H – 232 H / 750 M – 847 M)
Yang membedakan antara dinasti Abbasiyah dan dinasti
Umayah adalah masuknya keluarga non arab ke dalam pemerintahan.
Pada periode pertama ini Daulah
Abbasiyah ini pemerintahan difokuskan pada pembenahan administrasi negara
ketahanan dan pertahanan. Untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara
yang baru berdiri itu, al-Mansur kemudian memindahkan Ibukota dari
al-Hasyimiyah, dekat Kufah, ke kota yang baru dibangunnya Baghdad, pada tahun
767. di sana ia menertibkan pemerintahannya dengan mengangkat aparat yang duduk
di lembaga eksekutif dan yudikatif. Dalam lembaga eksekutif ia mengangkat wazir
(menteri), ia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan
kepolisian negara disamping mengembangkan angkatan bersenjata. Meneruskan
jawatan pos yang sudah ada sejak masa Bani Umayah, dengan penambahan tugas dari
selain mengantarkan surat juga untuk menghimpun seluruh informasi dari daerah
sehingga administrasi kenegaraan dapat berlangsung dengan lancar.
Kalau dasar-dasar pemerintahan
Daulah Abbasiyah ini diletakkan dan dibangun oleh Abu Abbas as-Saffah dan Abu
Ja’far al-Mansur, maka puncak keemasan dinasti ini berada pada tujuh khalifah
sesudahnya. Mulai dari masa khalifah al-Mahdi (775 – 785) hingga khalifah
al-Wasiq (842 – 847). Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman khalifah
Harun al-Rasyid (786 – 809) dan puteranya al-Ma’mun (813 – 833). Daulah ini
lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan
wilayah yang memang sudah luas. Dan ini pulalah yang membedakan antara Dinasti
Abbasiyah dengan Dinasti Umayah yang lebih mementingkan perluasan daerah.
Pada zaman al-Mahdi, perekonomian
meningkat. Irigasi yang dibangun membuat hasil pertanian berlipat ganda
dibandingkan sebelumnya. Pertambangan dan sumber-sumber alam bertambah dan
demikian pula perdagangan internasional ketimur dan barat dipergiat. Basrah
menjadi pelabuhan penting yang sarananya lengkap. Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun al-Rasyid. Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam
menempatkan dirinya sebagai negara terkuat tak tertandingi. Khalifah
al-Ma’mun menonjol dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan
menerjemahkan buku-buku dari Yunani. Filsafat Yunani yang rasional menjadikan
khalifah terpengaruh dan mengambil teologi rasional Muktazilah menjadi teologi
negara. Al-Mu’tasim
khalifah berikutnya (833 – 842), memberi peluang besar kepada orang Turki masuk
dalam pemerintahan. Daulah Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan.
Praktek orang Muslim mengikuti perjalanan perang sudah terhenti. Ketentaraan
kemudian terdiri dari prajurit-prajurit Turki yang profesional. Kekuatan
militer menjadi sangat kuat, akibatnya tentara menjadi sangat dominan sehingga
khalifah berikutnya sangat dipengaruhi atau menjadi boneka ditangan mereka.
1. Periode kedua (232 H – 334 H / 847 M
– 945 M)
2. Periode ketiga (334 H – 447 H / 945 M – 1055 M)
3. Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1199 M)
4. Periode kelima (590 H – 656 H / 1199 M – 1258 M)
2. Periode ketiga (334 H – 447 H / 945 M – 1055 M)
3. Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1199 M)
4. Periode kelima (590 H – 656 H / 1199 M – 1258 M)
a.3) Dinasti
Umayah di Spanyol (757-1492 M)
Di belahan Barat (eropa) berdiri
megah Khalifah Umayah di Spanyol dengan sebelumnya tentara Islam pimpinan
Thariq Ibnu Ziyad pada tahun 711 M menaklukkan kerajaan Visigothic yang
diperintah oleh raja Roderick. Dalam memperluas wilayah kekuasaannya kekuatan
Islam ini pada tahun 732 menyeberangi pegunungan pirenia (perbatasan Perancis),
dan pastilah akan mengubah sejarah Eropa seandainya mereka tidak dikalahkan
dengan menyedihkan sekali oleh Charles Mortel atau yang sering dipanggil Karel
Martel.
a.4) Dinasti Fatimiyah (919-1171 M)
Syahruddin El-Fikriasa Kejayaan
Islam (the golden age of Islam) ditandai dengan penyebaran agama Islam hingga
ke benua Eropa. Pada masa itulah berdiri sejumlah pemerintah atau kekha-lifahan
Islamiyah. Seperti dinasti Umayyah, Abbasiyah, Fatimiyah, Turki Utsmani dan
Ayyubiyah. Selain
penyebaran agama, kemajuan Islam juga ditandai dengan kegemilangan peradaban
Islam. Banyak tokoh-tokoh Muslim yang muncul sebagai cendekiawan dan memiliki
pengaruh besar dalam dunia peradaban hingga saat ini. Namun, setelah perebutan
kekuasaan dan kepemimpinan yang kurang fokus, akibatnya pemerintahan Islam
dikalahkan. Salah satunya adalah dinasti Fatimiyah.
Imperium Ismailiyah yang didirikan
oleh Ubaidillah al-Mahdi ini hanya mampu bertahan selama lebih kurang dua
setengah abad (909-1171 M). Ubaidillah al-Mahdi adalah pengikut sekte Syiah
Ismailiyah. Dinamakan sekte Ismailiyah, karena sepeninggal Jafar As-Shadiq,
anggota sekte Syiah Ismailiyah berselisih pendapat mengenai sosok pengganti
sang imam (Jafar as-Shadiq). Dan Ismail selaku putra Jafar yang sedianya akan
dijadikan pengganti, telah meninggal terlebih dahulu. Di saat yang sama,
mayoritas pengikut Ismailiyah menolak penunjukan Muhammad yang merupakan putra
Ismail. Padahal, menurut mereka masih terdapat sosok Musa Al-Kazhim yang
dinilai lebih pantas memegang tampuk kepemimpinan spiritual. Maka disaat
itulah, tampil Abdullah atau Ubaidillah Al-Mahdi mengambil kepemimpinan
spiritual langsung (dari jalur Ali melalui Ismail). Bersama keluarga dan para
pengikutnya, Ismailiyah menyebar di wilayah Salamiyah, sebuah pusat kaum
Ismailiyah di Suriah. Maka pada tahun 297 H atau 909 M, ia dilantik menjadi
khalifah.
Pada masa kepemimpinannya,
pemerintahan Dinasti Fatimiyah berpusat di Maroko, dengan ibukotanya
al-Manshur-iyah. Dinasti Fatimiyah menjalankan roda pemerintahan di Maroko
selama 24 tahun yang di pimpin oleh empat orang khalifah, termasuk Ubaidillah
al-Mahdi. Tiga orang khalifah Dinasti Fatimiyah lainnya yang pernah memerintah
di Maroko adalah al-Qaim (322-323 H/934-946 M), al-Manshur (323-341 H/946-952
M), dan al-Muizz (341-362 H/952-975 M).
Maka sejak saat itulah, dinasti
Fatimiyah berhasil menjadi salah satu pusat pemerintahan Islam yang disegani.
Puncaknya, terjadi pada masa Al-Aziz (365-386 H/975-996 M). Ia adalah putra
dari Al-Muizz yang bernakma Nizar dan bergelar al-Aziz (yang perkasa). Al-Aziz,
berhasil mengatasi persoalan keamanan di wilayah Suriah dan Palestina. Bahkan,
pada masanya ini pula, ia membangun istana kekhalifahan yang sangat megah
hingga mampu menampung tamu sebanyak 30 ribu orang. Tempat-tempat ibadah, pusat
perhubungan, pertanian maupun industri mengalami perkembangan pesat. Sementara
dalam bidang pemerintahan, Khalifah al-Aziz berhasil meredam berbagai upaya
pemberontakan yang terjadi di wilayah-wilayah kekuasaannya. Dinasti ini dapat
maju antara lain karena didukung oleh militer yang kuat, administrasi
pemerintahan yang baik, ilmu pengetahuan berkembang, dan ekonominya stabil.
Namun setelah masa al-Aziz Dinasti Fatimiyah mengalami kemunduran dan akhirnya
runtuh, setelah berkuasa selama 262 tahun.
Krisis Kepemimpinan
Khalifah berikutnya setelah al-Aziz,
yakni Al-Hakim (386-411 H/996-1021 M), Az-Zahir (411-427 H/1021-1036 M),
Al-Mustansir (428-487 H/1036-1094 M), hingga Al-Mustali (487-495 H/1094-1101
M), tak mampu mengendalikan pemerintah seperti yang dilakukan oleh Al-Aziz. Bahkan,
krisis di antara kekuatan dalam pemerintahan Daulah Fatimiyah itu terus
berlangsung paada masa al-Hafiz (525-544 H/1131-1149 M), az-Zafir (544-549
H/1149-1154 M), al-Faiz (549-555 H/1154-1160 M), dan al-Adid (555-567 H/1160-1171
M). Krisis internal itu diperparah dengan majunya tentara Salib dan pengaruh
Nuruddin Zangi dengan panglimanya, Salahuddin al-Ayyubi.
Ketika khalifah al-Adid sedang sakit pada tahun 555
H/1160 M, Salahuddin al-Ayyubi mengadakan pertemuaan dengan para pembesar untuk
menyelenggarakan khotbah dengan menyebut nama khalifah Abbasiyah, al-Mustadi.
Ini adalah simbol dari runtuh dan berakhirnya kekuasaan Dinasti Fatimiyah untuk
kemudian digantikan oleh Dinasti Ayyubiyah
B. Kemunduran Dunia Islam
b.1) Krisis dalam
Bidang Sosial Politik
Awalnya adalah rapuhnya penghayatan
ajaran Islam, terutama yang terjadi dikalangan para penguasa. Bagi mereka
ajaran Islam hanya sekedar diamalkan dari segi formalitasnya belaka, bukan lagi
dihayati dan diamalkan sampai kepada hakekat dan ruhnya. Pada masa itu ajaran
Islam dapat diibaratkan bagaikan pakaian, dimana kalau dikehendaki baru
dikenakan, akan tetapi kalau tidak diperlukan ia bisa digantungkan. Akibatnya
para pengendali pemerintahan memarjinalisasikan agama dalam kehidupannya, yang
mengakibatkan munculnya penyakit rohani yang sangat menjijikkan seperti
keserakahan dan tamak terhadap kekuasaan dan kehidupan duniawi, dengki dan iri
terhadap kehidupan orang lain yang kebetulan sedang sukses. Akibat yang lebih
jauh lagi adalah muncullah nafsu untuk berebut kekuasaan tanpa disertai etika
sama sekali. Kepada bawahan diperas dan diinjak, sementara terhadap atasan
berlaku menjilat dan memuji berlebihan menjadi hiasan mereka.
”Syareat Islam adalah demokratis
pada pokoknya, dan pada prinsipnya musuh bagi absolutisme” (Stoddard, 1966:
119) Kata Vambrey, ” Bukanlah Islam dan ajarannya yang merusak bagian Barat
Asia dan membawanya kepada keadaan yang menyedihkan sekarang, akan tetapi
ke-tanganbesi-an amir-amir kaum muslimin yang memegang kendali pemerintahan
yang telah menyeleweng dari jalan yang benar. Mereka menggunakan pentakwilan
ayat-ayat al-Quran sesuai dengan maksud-maksud despotis mereka”.
b.2) Krisis dalam Bidang Keagamaan
Krisis ini berpangkal dari suatu
pendirian sementara ulama jumud (konservatif) yang menyatakan bahwa pintu
ijtihad telah tertutup. Untuk menghadapi berbagai permasalahan kehidupan umat
Islam cukup mengikuti pendapat dari para imam mazhab. Dengan adanya pendirian
tersebut mengakibatkan lahirnya sikap memutlakkan semua pendapat imam-imam
mujtahid, padahal pada hakekatnya imam-imam tersebut masih tetap manusia biasa
yang tak lepas dari kesalahan. Kondisi dunia Islam yang dipenuhi
oleh ulama-ulama yang berkualitas dibuatnya redup dan pudarnya nur Islam yang
di abad-abad sebelumnya merupakan kekuatan yang mampu menyinari akal pikiran
umat manusia dengan terang benderang.
c) Krisis bidang Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Krisis ini sesungguhnya hanya
sekedar akibat dari adanya krisis dalam bidang sosial politik dan bidang
keagamaan. Perang salib yang membawa kaum Nasrani Spanyol dan serangan tentara
mongol sama-sama berperangai barbar dan sama sekali belum dapat menghargai
betapa tingginya nilai ilmu pengetahuan. Pusat-pusat ilmu pengetahuan baik yang
berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan diporak-porandakan dan
dibakar sampai punah tak berbekas. Akibatnya adalah dunia pendidikan tidak
mendapatkan ruang gerak yang memadai. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang
ada sama sekali tidak memberikan ruang gerak kepada para mahasiswanya untuk
melakukan penelitian dan pengembangan ilmu. Kebebasan mimbar dan kebebasan
akademik yang menjadi ruh atau jantungnya pengembangan ilmu pengetahuan Islam
satu persatu surut dan sirna. Cordova dan Baghdad yang semula menjadi lambang
pusat peradaban dan ilmu pengetahuan beralih ke kota-kota besar Eropa.
C. Kebangkitan Kembali Dunia Baru Islam
Benih pembaharuan dalam dunia Islam
sesungguhnya telah muncul di sekitar abad XIII Masehi, suatu masa yang pada
waktu itu dunia Islam tengah mengalami kemunduran dalam berbagai bidang dengan
sangat drastisnya. Ditengah-tengah kemelut yang melanda Baghdad disebabkan
karena invasi yang dilakukan oleh tentara Mongol di bawah komando Hulagu Khan. Namun, seperti yang disaksikan semua orang, Revolusi dan pemerintahan
rakyat di Iran tetap tegak dan berdiri dengan kokoh dan bahkan lebih kuat
daripada masa-masa sebelumnya. Begitu pula halnya dengan gelora kecintaan
terhadap Islam dan perjuangan bangsa-bangsa dalam mempertahankan norma-norma
ajaran mereka dengan berlalunya waktu justru semakin meluas dan mengakar. Karena itu, kini dunia
Islam sedang melalui periode yang amat penting. Sebab, seiring meluasnya
kebangkitan Islam di dunia, musuh berusaha menghadangnya dengan beragam cara
dan rintangan. Oleh karena itu, upaya memperkenalkan generasi Islam yang tengah
bangkit terhadap tantangan dan ancaman ini akan melipatgandakan kewaspadaan dan
kemampuan mereka dalam mengantisipasinya.
______________
1)
Ajid Thohir. 2004. Perkembangan Peradaban
Dikawasan Dunia Islam. Jakarta : P.T. Raja Grafindo.
2)
Badri Yatim. 2006. Sejarah peradaban Islam.
Jakarta : P.T. Raja Grafindo.
3)
Jaih Mubarok. 2004. Sejarah Peradaban Islam.
Bandung : Pustaka Bani Qurasy.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini menjelaskan tentang sejarah kemajuan,
kemunduran, dan kebangkitan dunia baru Islam. Islam berkembang pesat pada puncaknya pada
masa bani abbassiyyah, pada kemajuannya kondisi sosial dan kondisi ekonominya mencapai masa
keemasan serta ilmu pengetahuan berkembang secara pesat. akan tetapi
semua itu mengalami kemunduran pada masa-masa pemerintahan terahirnya yaitu Marman bin Muhammad yang berhasil
dijatuhkan oleh pasukan mongol yang dipimpin oleh hulaghukan, mulai saat
itulah islam mulai mengalami kemunduran.
B.SARAN
Adapun saran untuk kesimpulan
diatas yaitu:
Umat
Islam
harus berfikir kembali apa penyebab kemunduran bagi umat Islam sehingga dapat
berkembang atau maju seperti masa keemasan dulu.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber:
my wordpress.com
www.google.com
Kumpulan
Sejarah-sejarah islam periode modern
Tentang
sejarah islam, http // www.Sejarah Islam.com
Thohir
Ajid. 2004. Perkembangan Peradaban Dikawasan Dunia Islam. Jakarta : P.T. Raja
Grafindo.
Yatim
Badri. 2006. Sejarah peradaban Islam. Jakarta : P.T. Raja Grafindo.
Mubarok
Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung : Pustaka Bani Qurasy.
Suwito,
Fauzan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana.
Yatim
Badri. 1993. Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: PT.Grapindo persada.
Hourani,
Albert. 2004. Sejarah Bangsa-Bangsa
Muslim. Mizan.
Hitti,
Philip K. Dunia Arab Sejarah Ringkas.
Bandung: Sumur Bandung Terjemahan dari Usuludin Hutagalung dan O.D.P
Sihombing;cetakan ketujuh
Sumber : http://bacindul.blogspot.com/2012/07/kemunduran-dunia-islam.html#ixzz2GLQpcY3f
Sumber : http://bacindul.blogspot.com/2012/07/kemunduran-dunia-islam.html#ixzz2GLQpcY3f
http://irwan-cahyadi.blogspot.com/2012/06/sejarah-kemajuankemundurandan.html
eiring dengan masuknya era globalisasi saat ini, turut mengiringi budaya-budaya asing yang masuk ke Indonesia. Di zaman yang serba canggih ini, perkembangan kemutahiran tekhnologi tidak dibarengi dengan budaya-budaya asing positif yang masuk. Budaya asing masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada filterisasi.
BalasHapusLukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia