PENGERTIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF-PSIKOLOGI

A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN KOGNITIF

Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan saraf pada waktu manusia sedang berpikir (Gagne dalam Jamaris, 2006). Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser, 1976). Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang/anak itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.

Teori perkembangan kognitif piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dengan dan mengiterprestasikan obyek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri – ciri dan fungsi dari objek – objek, seperti mainan, perabot dan makanan, serta objek-objek sosial seperti diri, orang tua, teman. Bagaimana cara anak belajar mengelompokkan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek atau peristiwa-peristiwa, dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif didalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi walaupun proses berfikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasikan oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga berperan aktif dalam menginterprestasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punya (Hetherington & Parke, 1975).


B. TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF

Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Piaget juga menyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap tersebut bersumber dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (melalui asimilasi dan akomodasi) serta adanya pengorganisasian strukur berfikir. Tahap-tahap pemikiran ini secara kualitatif berbeda pada setiap individu. Demikian juga, corak pemikiran seorang anak pada satu tahap berbeda dari corak pemikirannya pada tahap lain. Tahap-tahap perkembangan pemikiran ini dibedakan piaget atas 4 tahap, yaitu tahap pemikiran sensoris-motorik , praoperasioanal, operasional kongkret, dan operasional formal. Akan tetapi, piaget tidak menetapkan secara tegas batasan-batasan umur pada masing – masing tahap. Batasan umur pada masing – masing tahap diberikan oleh Ginsburg dan Opper ( Mussen, et all, 1969 ). Berikut ini akan diuraikan tahap pemikiran masa bayi, yaitu tahap sensoris – mororik.

Tahap sensoris – motorik berlangsung dari kelahiran hingga kira – kira 2 tahun. Selama tahap ini, perkembangan mental ditandai dengan kemajuan pesat dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi melalui gerakan – gerakan dan tindakan – tindakan fisik. Dalam hal ini, bayi yang baru lahir bukan saja menerima secara pasif rangsangan – rangsangan terhadap alat – alat indranya, melainkan juga aktif memberikan respons terhadap rangsangan tersebut, yakini melalui gerak – gerak reflek.

Dengan berfungsinya alat – alat indra serta kemampuan melakukan gerakan – gerakan motorik dalam bentuk refleks – refleks, bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungsn dengan dunia sekitarnya. Jadi, pada permulaan tahap sensoris – motorik, bayi memiliki lebih dari sekedar refleks yang digunakan untuk mengkoordinasikan pikirikan dengan tindakan. Pada akhir tahap ini, ketika anak berusia sekitar 2tahun, pola – pola sensoris- motoriknya semakin kompleks dan mulai mengadopsi sesuai sistem simbol yang primitif. Misalnya, anak usia 2 tahun dapat membayangkan sebuah mainan dan memanipulasinya dengan tangannya sebelum mainan tersebut benar – benar ada. Anak juga dapat menggunakan kata – kata sederhana, seperti “mamah melompat” untuk menun jukan telah terjadinya peristiwa sensoris – motorik ( Santrock, 1998 ). Tahap-tahap perkembangan menurut piaget ini diringkas dalam tabel berikut
Tahap
Usia/Tahun
Gambaran
Sensorimotor
0 – 2
Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Preoperational
2 – 7
Anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.
Concrete operational
7 – 11
Pada saat ini anak dapat berfikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.
Formal operational
11 – 15
Anak remaja berfikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.


Menurut piaget, perkembangan masing-masing tahap tersebut merupakan hasil perbaikan dari perkembangan tahap sebelumnya. Hal ini berarti bahwa menurut teori tahapan piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invarian, selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan-perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berfikir. Dari sudut biologis, piaget melihat adanya sistem yang mengatur dari dalam, sehingga organisme mempunyai sistem pencernaan, peredaran darah, sistem pernafasan, dan lain-lain. Hal yang sama juga terjadi pada sistem kognisi, dimana adanya sistem yang mengatur dari dalam yang kemudian dipengaruhi oleh faktor-faktornya.

Untuk menentukan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkahlaku yang teroeganisir, piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. Dengan kedua komponen ini berarti bahwah kognisi berarti merupakan sistem yang selalu diorganisir dan di adaptasi, sehingga memunginkan individu beradaptasi dengan lingkungannya.

Skema ( struktur kognitif ) adalah proses atau cara mengorganisir dan merespons berbagai pengalaman. Dengan kata lain, skema adalah suatu pola sitematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Dalam diri bayi terlihat beberapa pola tingkah laku refleks yang terorganisir sehubungan dengan “pengetahuan” mengenai lingkungan. Misalnya gerakan refleks menghisap pada bayi, ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menghisap gerakan ini menunjukkan ada pola-pola tertentu. Gerakan ini tidak terpengaruh oleh apa yang masuk kemulut, apakah ibu jari, puting susu ibunya, ataukah dot botol susu. Pola gerakan yang diperoleh sejak lahir inilah yang disebut dengan skema.

Adaptasi (sturuktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukan pentingnya pola individu dengan lingkungannya dengan proses perkembangan kognitif piaget yakin bahawa bayi manusia ketika dilahirkan telah dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Adaptasi ini muncul dengan sendirinya ketika bayi tersebut mengadakan interaksi dengan dunia disekitarnya. Mereka akan belajar menyesuaikan diri dan mengatasinya, sehingga kemampuan mentalnya akan berkembang dengan sendirinya. Menurut piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu : asimilasi dan akomodasi.

Asimilasi dari sudut biologi, adalah inetegrasi antara elemen eksternal ( dari luar ) terhadap struktur yang sudah lengkap pada organisme. Asimilasi kognitif mencakup perubahan objek eksternal menjadi struktur pengetahuan internal (lerner & Hultsch 1983). Proses asimilasi ini didasarkan atas kenyataan bahwa setiap saat manusia selalu mengasimilasikan informasi-informasi yang sampai kepadanya, kemudian informasi-informasi tersebut dikelompokan kedalam istilah-istilah yang sebelumnya sudah mereka ketahui. Misalnya, seorang bayi yang menghisap puting susu ibunya atau dot botol susu, akan melakukan tindakan yang sama (menghisap) terhadap semua objek baru yang mereka temukan seperti bola karet atau jempolnya. Perilaku bayi menghisap semua objek ini memperlihatkan proses asimilasi. Gerakan menghisap ibu jari sama artinya dengan gerakan menghisap puting susu ibunya, sebab bayi menginterprestasikan ibu jari dengan struktur kognitif yang sudah ada, yaitu puting susu ibunya.

Akomodasi adalah menciptakan langkah baru atau memperbaharui atau menggabung-gabungkan istilah lama utuk menghadapi tantangan baru.akomodasi kogitif berarti mengubah struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya ntuk disesuaikan dengan stimulus eksternal. Jadi, kalau pada asimilasi terjadi perubahan pada objeknya, maka pada akomodasi perubahan terjadi pada subjeknya, sehingga ia dapat menyesuaikan diri dengan objek yang ada diluar dirinya. Struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seorang mengalami perubahan supaya sesuai dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya. Misalnya, bayi melakukan tindakan yang sama terhadap ibu jarinya, yaitu menghisap. Ini berarti bahwa bayi telah mengubah puting susu ibu jari. Tidakan demikian disebut akomodasi.


Piaget mengemukakan bahwa setiap organisme yang ingin penyesuain (adaptasi) dengan lingkungannya harus mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktifitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktifitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Ini berarti, ketika individu bereaksi terhadap lingkungan, dia mnggabungkan stimulus dunia luar dengan struktur yang sudah ada dan iilah asimilasi. Pada saat yang sama ketika lingkungan bereaksi terhadap individu, dan individu mengubah supaya sesuai dengan stimulus dunia luar, maka inilah yang disebut akomodasi (lerner & Hultsch 1983). Agar terjadi ekuilibrasi antara diri individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa ini disebut asimilasi.


C. PERKEMBANGAN KOGNITIF( 0,2-0,7 )

Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengekspolrasi lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengrti orang lain, maka dunia kognitif anak berkembang pesat, makin kreatif, bebas, dan imajinatif. Imajinasi anak-anak pra-sekolah terus bekerja, dan daya serap mentalnya tentang dunia makin meningkatnya. Peningkatan pengertian anak tentang orang, benda dan situasi baru diasosiasikan dengan arti-arti yang di pelajari selama masa bayi.


D. PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT TEORI PIAGET( 0,2-0,7 )

Sesuai dengan teori kognititf piaget, maka perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperationak stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis. Tetapi, sebagia “pra” dalam istilah “pra-operasional”, menunjukan bahwa pada tahap ini teori piaget difokuskan pada keterbatasan pemikiran anak. Istilah “operasional” menunjukan pada aktifitas mental yang memungkinkan anak untuk memikirkan peristiwa – peristiwa atau pengalaman – pengalaman yang dialaminya.

Pemikiran praoprasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat bagi pemikiran operasional , sekalipun label “pra-operasional” menekankan bahwa anak pada tahap ini belum berfikir secara operasional.

Adapun yang dimaksud dengan operasi (operations ) menurut santrock (1998) adalah “internalized sets of actions that allow children to do mentally what before they had done physically. Operasi sangat terorganisir dan sesuai dengan aturan – aturan dan prinsip – prinsip logika tertentu. Operasi tampak dalam bentuk pemikiran operasional konkret dan dalam bentuk lain pemikiran operasional formal. Dalam tahap praoperasoinal, pemikiran masih kacau dan tidak terorganisir dengan baik. Pemikiran praoperasional adalah awal dari kemampuan untuk merekontrusi pada level pemikiran apa yang telah ditetapkan dalam tingkah laku. Pemikiran praoperasional juga mencangkup transisi dari penggunaan simbol – simbol primitif kepada yang lebih maju ( Santrock, 1998 ). Secara garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif ( Heterington & Parke, 1979;Seirfert & Hoffnung, 1994 ).

Ditinjau dari perspektif teori kognitif piaget, maka pemikiran masa remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal (formal operational thought), yakni suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 sampai 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa (Lelner & Hustlsch, 1983). Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Pada masa ini, anak sudah mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi sesuatu yang abstrak.

Di samping itu, pada tahap ini remaja juga sudah mampu berpikir secara sistematis, mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematis untuk memecahkan suatu permasalahan. Sebuah mobil yang tiba-tiba mogok misalnya, bagi anak yang berada pada tahap kongkrit operasional segera diambil kesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab-akibat dalam satu rangkaian saja. Lain halnya dengan remaja, ia bisa mimikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok, seperti mungkin businya mati, mungkin platinanya atau kemungkinan-kemungkinan lain yang memberikan dasar bagi pemikirannya.


1. Subtahap Prakonseptual (2 – 4 tahun)

Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiransimbolik (symbolic tought ), karena karakteristik utama subtahap ini ditandai dengan munculnya sistem – sistem lambang atau seperti bahasa. Subtahap prakonseptual merupakan subtahap pemikiran praoperasional yang terjadi kira – kira antara 2tahun hingga 4tahun. Pada subtahap ini anak – anak mengembangkan kemampuan untuk menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada ( tidak terlihat ) dengan sesuatu yang lain. Misalnya, pisau yang terbuat dari plastik adalah sesuatu yang nyata, mewakili pisau yang sesungguhnya. Katau pisau sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak, seperti bentuknya atau tajamnya. Demikian pula tulisan “pisau” akan memberikan tanggapan tertentu. Dengan berkembangnya kemampuan mensimbolisasikan ini, maka anak memperluas ruanglingkup aktifitasnya yang mencangkup hal – hal yang sudah lewat, atau hal – hal yang akan datang, atau juga hal – hal yang sekarang.

Kemunculan pemikiran simbolis pada subtahap praoperasional ini dianggap sebagai pencapaian kognitif yang paling penting. Melalui pemikiran simbolis, anak – anak prasekolah dapat mengorganisir dan memproses apa yang mereka ketahui. Anak akan dapat dengan mudah mengingat kembali dan membandingkan objek – objek dan pengalaman – pengalaman yang telah diperolehnya jika objek dan pengalaman tersebut mempunyai nama dan konsep yang dapat menggambarkan karakteristiknya. Simbol-simbol juga membantu anak – anak mengkomunikasikan kepada orang lain tentang apa yang mereka ketahui, sekalipun dalam situasi yang jauh berbeda dengan pengalamannya sendiri.

Komunikasi yang didasarkan atas pengalaman pribadi akan membatu perkembangan hubungan sosial di antara anak-anak. Di samping itu, komunikasi juga membantu perkembangan konitif apabila seorang anak dibiarkan belajar dari pengalaman orang lain. Singkatnya, komunikasi memungkinkan individu untuk belajar dari simbol-simbol yang diperoleh melalui pengalaman orang lain (Seifert & Hoffnung, 1994).

Dengan demokian, subtahap prakonseptual, kemunculan fungsi simbolis ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan imajinatif dan peningkatan dalam peniruan. Percepatan perkembangan bahasa dalam fase prakonseptual dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi. Ketika penggunaan simbol dimulai, maka terjadi peningkatan dalam kemampuan memecahkan masalah dan belajar kata-kata lain.


2. Subtahap Intuitif (4-7 tahun)

Istilah intuitif digunakan untuk menunjukan subtahap kedua dari pemikiran praoperasional yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Dalam subtahan ini, meskipun aktifitas mental tertentu (seperti cara-cara mengelompokan, mengukur atau menghubungkan objek-objek) terjadi, tetapi anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi terbentuknya aktifitas tersebut.walau anak dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan aktifitas ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat untuk pemecah suatu masalah menurut cara-cara tertentu.

Jadi, walaupun simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu. Sebagian dari keterbatasan ini direfleksikan dalam ketidakmampuan anak praoperasional untuk mengelo,pokan berbagai hal berdasarkan dimensi tertentu, seperti mengelompokan tongkat menurut urutan dari yang paling pendek ke yang palingpanjang. Keterbatasan juga ditemukan dalam menghubungkan bagian dari keseluruhan.

Karakteristik lain dari pemikiran praoperasional adalah pemusatan perhatian pada satu dimensi dan mengesampingkan dimensi yang lain. Karakteristik ini diistilahkan piaget dangan centration (pemusatan). Pemusatan terlihat jelas pada anak yang kekurangan konservasi (conservation), yaitu kemampuan untuk memahami sifat-sifat atau aspek-aspek tertentu dari suatu objek atau stimulus tetap tidak berubah ketika aspek-aspek lain mengalami perubahan.

Dalam suatu percobaan, piaget memperlihatkan kepada anak dua gelas berisi cairan yang sama tingginya. Kepada anak ditanyakan, apakan kedua gelas itu berisi jumlah cairan yang sama? Anak menjawab “sama”. Kemudian, kepada anak diminta untuk membuang sendiri salah satu isi dari kedua gelas itu ke gelas lain yang lebih pendek dan lebih besar. Mana yang lebih baik banyak isi gelasnya, gelas yang pertama atau gelas yang kedua? Anak menjawab bahwa cairan pada gelas semula lebih tinggi. Di sisi terlihat bahwa kemampuan anak kurang dari usia 7 tahun yang terpusat hanya pada satu dimensi persepsi saja.

Perkembangan kognitif dari anak-anak praoperasional juga ditunjukan dengan serangkaian pertanyaan yang diajukan nya, yang tidak jarang orang dewasa merasa kebingungan untuk menjawabnya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut memberi petunjuk akan perkembangan mental mereka dan cerminkan rasa keingintahuan intelektual, serta menandai munculnya minat anak-anak akan penalaran (Elkind, 1976).


E. PERKEMBANGAN KOGNITIF( 0,7-11 )

Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat. Karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia sekolah dasar ini daya pikir anak berkembang ke arah berpikir konkrit, rasional dn objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam suatu stadium belajar.


F. PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PIAGET( 0,7-11 )

Menurut teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought). Menurut piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktifitas mental yang difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur.

Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep, seperti 5x6=30 ; 30:6=5(johnson & medinnus, 1974). Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlau mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indra, karena iya mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tanpak oleh mata dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan antara yang bersifat sementara dengan yang bersifat menetap. Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas besar pendek dipindahkan kedalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetap sama karena tidak satu tetespun yang tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan logikanya. Mereka dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya, sehingga perbedaan yang nyata tidak “membodohkan” mereka.

Menurut piaget, anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak(johnson & medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah menge,bangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi, yaitu : negasi, resiprokasi, dan identitas.

Negasi(negation). Pada masa pra-operasional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, yaitu pada mulanya keadaannya sama dan pada akhirnya keadaannya menjadi tidak sama. Anak tidak melihat apa yang terjadi diantaranya. Tetapi, pada masa konkrit operasional,anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya. Pada deretan benda-banda, anak bisa—melalui kegiatan mentalnya—mengembalikan atau membatalkan perubahan yang terjadi sehingga bisa menjawab bahwa jumlah benda-benda adalah tetap sama.

Hubungan timbal balik(resiprokasi). Ketika anak melihat bagaimana deretan dari benda-banda betambah panjang tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak mengetahui hubungan timbal-balik antara panjang dan kurang rapat atau sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama.

Identitas. Anak pada masa konkrit operasional sudah bisa mengenal satu persatu benda-benda yang ada pada deretan-deretan itu. Anak bisa menghitung, sehingga meskipun benda-benda dipindahkan, anak dapat mengetahui bahwa jumlahnya akan tetap sama (gunarsa, 1990).

Setelah mampu mengkonservasi angka, maka anak bisa mengkonservasikan dimensi-dimensi lain, seperti isi dan panjang. Kemampuan anak melakukan operasi-operasi mental dan kognitif ini memungkinkannya mengadakan hubungan yang lebih luas dengan dunianya. Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui sesuatu perbuatan tanpa melihat perbuatan tersebut ditunjukan. Jadi, anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkannya dapat berpikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri ia bertindak secara nyata. Hanya saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang konkrit, suatu realitas secara fisik, benda-banda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.


G. Perkembangan kognitif( 11-18 )

Masa remaja adalah suatu periode kehidupan dimana kapasitas untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mancapai puncaknya (Mussen, Conger dan Kagan, 1969). Hal ini adalah karena selama periode remaja ini, poses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi memproses informasi berkembangnya dengan cepat. Disamping itu, pada masa remaja ini juga tidak terjadi reorganisasi lingkaran saraf Prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam aktivitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil keputusan (carol dan david R, 1995).

Perkembangan prontal lobe tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, sehingga mereka mengembangkan kemampuan penealaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Disamping itu, sebagai anak muda yang telah memiliki kemapuan memahami pemikirannya sendiri dan pemikiran orang lain, remaja mulai membanyangkan apa yang dipikirkan oleh orang tentang dirinya. Ketika kemampuan kognitif mereka mencapai kematangan, kebanyakkan alak remaja mulai memikirkan tentang apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap masyarakat mereka, orang tua mereka, dan bahkan terhadap kekurangan diri mereka sendiri (Myers, 1996).

Kemudian, dengan kekuatan baru dalam penalaran yang dimilikinya, menjadikan remaja mampu membuat pertimbangan dan melakukan perdebatan sekitar topik-topik abstrak tentang manusia, kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan keadilan. Kalau pada masa awal anak-anak – ketika mereka baru memiliki kemampuan berfikir simbolik – tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang tuhan dan eksistensi (Myers, 1996).

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN-PSIKOLOGI

A. PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat berhasil dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikut; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakkan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-tugas berikutnya (Robert Havighurst, 1961).

Hurlock (1981) menyebut tugas-tugas perkembangan ini sebagai social expectations. Dalam arti, setiap kelompok budaya mengharapkan anggotanya menguasai keterampilan tertentu yang penting dan memperoleh pola perilaku yang disetujui bagi berbagai usia sepanjang rentang kehidupan.

Kedua pendapat diatas menunjukkan bahwa tugas-tugas perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang dapat membawa pengaruh penting selama rentang kehidupannya yang dapat memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati.


B. SUMBER FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN

1. Kematangan fisik, misalnya (a) belajar berjalan karena kematangan otot-otot kaki; (b) belajar bertingkah laku, bergaul dengan jenis kelamin yang bebeda pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual.

2. Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya (a) belajar membaca; (b) belajar menulis; (c) belajar berhitung; (d) belajar berorganisasi.

3. Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya (a) memilih pekerjaan; (b) memilih teman hidup.

4. Tuntutan norma-norma agama, misalnya (a) taat beribadah kepada Allah SWT; (b) barbuat baik kepada sesama manusia.


C. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA SETIAP FASE PERKEMBANGAN

1. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA BAYI DAN KANAK-KANAK (0,0-6,0)

a. Belajar berjalan. Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15 bulan, pada usia ini tulang kaki, otot dan susunan syarafnya telah matang untuk belajar berjalan.

b. Belajar memakan makanan padat . Hal ini terjadi pada tahun kedua, sistem alat-alat pencernaan makanan dan alat-alat pengunyah pada mulut telah matang untuk hal tersebut.

c. Belajar berbicara, yaitu mengeluarkan suara yang berarti dan menyampaikannya kepada orang lain dengan perantaraan suara itu. Untuk itu, diperlukan kematangan otot-otot dan syaraf dari alat-alat bicara.

d. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu yang sesuai dengan norma masyarakat. Sebelum usia 4 tahun, anak pada umumnya belum dapat mengatasi (menahan) ngompol karena perkembangan syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna. Untuk memberikan pendidikan kebersihan terhadap anak usia di bawah 4 tahun, cukup dengan pembiasaan saja, yaitu setiap kali mau buang air, bawalah anak ke WC tanpa banyak memberikan penerangan kepadanya.

e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya. Dengan cara tersebut, anak dapat menganal perbedaan anatomis pria dan wanita, anak menaruh perhatian besar terhadap alat kelaminnya sendiri maupun orang lain. Agar pengenalan terhadap jenis kelamin (sex) itu berjalan normal, maka orang tua perlu memperlakukan anaknya, baik dalam memberikan alat mainan, pakaian, maupun aspek lainnya sesuai dengan jenis kelamin anak.

f. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah. Perbedaan variasi makanan yang diberikan dapat mengubah kadar garam dan gula dalam darah dan air di dalam tubuh. Untuk mencapai kestabilan jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses mencapai kestabilan jasmaniah ini, orangtua perlu memberikan perawatan yang intensif, baik menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan kebersihan.

g. Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang disekitarnya. Perkembangan lebih lanjut, anak menemukan keteraturan dan dapat membentuk generalisasi (kesimpulan) dari berbagai benda yang pada umumnya mempunyai ciri yang sama. Anak belajar bahwa bayangan tertentu dengan suara tertentu yang nyaring memenuhi kebutuhannya disebut “orang”,”ibu” dan ”ayah”. Anak belajar bahwa benda-benda khusus dapat dikelompokkan dan diberi satu nama, seperti kucing, ayam, kambing, dan burung dapat disebut binatang. Untuk mencapai kemampuan tersebut (mengenal pengertian-pengertian) diperlukan kematangan sistem syaraf, pengalaman dan bimbingan dari orang dewasa.

h. Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua, saudara dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang lain, sedikit banyaknya akan menentukan sikapnya di kemudian hari. Apakah ia bersikap bersahabat, bersikap dingin, introvert, extrovert, dan sebagainya. Misalnya, apabila anak memperoleh pergaulan dengan orang tuanya itu menyenangkan, maka cenderung akan bersikap ramah dan ceria.

i. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan). Apabila anak bertambah besar ia harus belajar pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah, sebab sebagai makhluk sosial (bermasyarakat), manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan/kenikmatan sendiri saja, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan/kenikmatan sendiri saja, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pengertian baik dan buruk, benar dan salah ini dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Pada mulanya, anak belajar apa yang dilarang itu berarti buruk atau salah dan apa yang diperbolehkan itu berarti baik dan benar. Pengalaman ini merupakan permulaan pembentukkan kata hati anak. Perkembangan selanjutnya terjadi melalui nasihat, bimbingan, buku-buku bacaan dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang penting dalam mengembangkan kata hati anak adalah suri teladan dari orang tua dan bimbingannya. Hal ini lebih baik daripada penggunaan hukuman dan ganjaran, meskipun dalam situasi tertentu masih tetap diperlukan.


2. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA MASA SEKOLAH (6,0-12,0)

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. Pada masa sekolah anak sudah sampai pada taraf penguasaan otot, sehingga sudah dapat berbaris, melakukan senam pagi dan permainan-permainan ringan, seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan sebagainya.

b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Hakikat tugas ini ialah (1) mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan; (2) mengembangkan sikap positif terhadap jenis kelaminnya (pria atau wanita) dan juga menerima dirinya (baik rupa wajahnya maupun postur tubuhnya) secara positif.

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya. Yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya. Pergaulan anak di Indonesia atau teman sebayanya mungkin diwarnai perasaan senang, karena secara kebetulan temannya berbudi baik, tetapi mungkin juga diwarnai oleh perasaan tidak senang karena teman sepermainannya suka mengganggu atau nakal.

d. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Dari segi permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainannya yang khas laki-laki, seperti main kelereng, main bola, dan layang-layang.

e. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Salah satu sebab masa usia 6-12 tahun disebut masa sekolah karena pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohaninya sudah cukup matang untuk menerima pengajaran. Untuk dapat hidup dalam masyarakat yang berbudaya, paling sedikit anak harus tamat sekolah dasar (SD), karena dari sekolah dasar anak sudah memperoleh keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.

f. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Apabila kita telah melihat sesuatu, mendengar, mengecap, mencium, dan mengalami, tinggallah suatu ingatan pada kita. Ingatan mengenai pengamatan yang telah lalu itu disebut konsep (tanggapan). Demikianlah kita mempunyai tanggapan tentang ayah, ibu, rumah, pakaian, buku, sekolah, dan juga mengenai gerak-gerik yang dilakukan, seperti berbicara, berjalan, berenang, dan menulis. Bertambahnya pengalaman akan menambah perbendaharaan konsep pada anak. Tugas sekolah yaitu menanamkan konsep-konsep yang jelas dan benar. Konsep-konsep itu meliputi kaidah-kaidah atau ajaran agama (moral), ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan sebagainya. Untuk mengembangkan tugas perkembangan anak ini, maka guru dalam mendidik/mengajar di sekolah sebaiknya memberikan bimbingan kepada anak untuk:

1) Banyak melihat, mendengar, dan mengalami sebanyak-banyaknya tentang sesuatu yang bermanfaat untuk peningkatan ilmu dan kehidupan bermasyarakat.

2) Banyak membaca buku-buku atau media cetak lainnya. Semakin dipahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.

g. Mengembangkan kata hati. Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap dan perasaan yang berhubungan dengan norma-norma agama. Hal ini menyangkut penerimaan dan penghargaan terhadap peraturan agama (moral) disertai dengan perasaan senang untuk melakukan atau tidak melakukannya. Tugas perkembangan ini berhubungan dengan masalah benar-salah, boleh-tidak boleh, seperti jujur itu baik, bohong itu buruk, dan sebagainya.

h. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi. Hakikat tugas ini ialah untuk dapat menjadi orang yang berdiri sendiri, dalam arti dapat membuat rencana, berbuat untuk masa sekarang dan masa yang akan datang bebas dari pengaruh orang tua dan orang lain.

i. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas ini ialah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Umpamanya, mengembangkan sikap tolong-menolong, sikap tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap pendapat orang lain dan menghargai hak orang lain.


3. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA MASA REMAJA (12,0-18,0)

1. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
a) Hakikat tugas. Tujuannya: (1) Belajar melihat kenyataan, anak wanita sebagai wanita, dan anak pria sebagai pria; (2) berkembang menjadi orang dewasa di antara orang dewasa lainnya; (3) belajar bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama; dan (4) belajar memimpin orang lain tanpa mendominasinya.

2. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.
a) Hakikat tugasnya. Remaja dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.

3. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.
a) Hakikat tugasnya. Tugas ini bertujuan agak remaja merasa bangga, atau bersikap toleran terhadap fisiknya, menggunakan dan meemlihara fisiknya secara efektif, dan merasa puas dengan fisiknya tersebut.

4. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
a) Hakikat tugasnya. (1) membebaskan diri dari sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan atau bergantung pada orangtua,(2) mengembangkan afeksi (cinta kasih) kepada orangtua, dan (3) mengembangkan sikap respek terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung kepadanya.

5. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi.
a) Hakikat tugasnya. Tujuannya agar remaja merasa mampu menciptakan suatu kehidupan (mata pencaharian). Penting buat remaja pria dan tidak terlalu penting buat remaja wanita.

6. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan).
a) Hakikat tugasnya. (1) memilih suatu pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya, dan (2) mempersiapkan diri-memiliki pengetahuan dan keterampilan- untuk memasuki pekerjaan tersebut.

7. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.
a) Hakikat tugasnya. (1) mengembangkan sikap positif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga, dan memiliki anak. (2) memperoleh pengetahuan yaang tepat tentang pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak.

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.
a) Hakikat tugasnya. (1) Mengembangkan konsep-konsep hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, geografi, hakikat manusia, dan lembaga-lembaga sosial yang cocok dengan dunia modern, dan (2) mengembangkan keterampilan berbahasa dan kemampuan nalar (berfikir) yang penting bagi upaya memecahkan masalah-masalah secara efektif.

9. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
a) Hakikat tugasnya. (1) berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab sebagai masyarakat, dan (2) memperhitungkan nilai-nilai sosial dalam tingkah laku dirinya.

10. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku.
a) Hakikat tugasnya. (1) membentuk seperangkat nilai yang mungkin dapat direalisasikan, (2) mengembangkan kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai, (3) mengembangkan kesadaran akan hubungannya dengan sesama manusia dan juga alam sebagai lingkungan tempat tinggalnya, dan (4) memahami gambaran hidup dan nilai-nilai yang dimilikinya, sehingga dapat hidup selaras (harmoni) dengan orang lain.

11. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
a) Mencapai kematangan sikap, kebiasaan dan pengembangan wawasan dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik pribadi maupun sosial.


4. TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA MASA DEWASA

Havinghurts membagi kehidupan masa dewasa tersebut atas tiga fase, yaitu: dewasa muda, dewasa, usia lanjut. Yaitu:
a. Tugas-tugas Perkembangan Masa Dewasa muda
1. Memilih pasangan hidup.
2. Belajar hidup bersama pasangan hidup
3. Memulai hidup berkeluarga
4. Memelihara dan mendidik anak.
5. Mengelola rumah tangga.
6. Memulai kegiatan pekerjaan.
7. Bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga negara
8. Menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.

b. Tugas-tugas Perkembangan Masa Dewasa
1. Memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai orang dewasa.
2. Mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.
3. Membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia.
4. Mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu senggang sebagai orang dewasa, hubungan dengan pasangan-pasangan keluarga lain sebagai pribadi.
5. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai orang setengah baya.
6. Menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua.

c. Tugas-tugas perkembangan pada masa usia lanjut
1. Menyesuaikan diri dengan kondisi fisik dan kesehatan yang semakin menurun.
2. Menyesuaikan diri dengan situasi pensiun dan penghasilan yang semakin berkurang.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian dari pasangan hidup.
4. Membina hubungan dengan sesama usia lanjut.
5. Memenuhi kewajiban-kewajiban sosial dan kenegaraan.
6. Memelihara kondisi dan kesehatan.
7. Kesiapan menghadapi kematian.


D. APLIKASI TUGAS PERKEMBANGAN

1. Aplikasi perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0,0-6,0)

a. Belajar berjalan terjadi pada umur antara 9 sampai 15, dapat di aplikasikan dengan menggunakan alat bantu jalan seperti roda gledegan. Anak tersebut di taro ditempat tersebut lalu dengan bebas anak dapat berjalan kemana saja atau kita bisa menuntunnya sementara dengan memegang tangannya.

b. Belajar memakan makanan padat. Dapat di aplikasikan dengan diberikannya biskuit kepada anak tersebut lalu disuapin sedikit demi sedikit.

c. Belajar berbicara. Bayi mulai belajar bicara dengan mengeluarkan macam-macam suara yang tidak berarti (meraban). Lalu diaplikasikan dengan menyebutkan nama-nama atau kata-kata yang teratur sampai anak belajar menghubung-hubungkan suara-suara tertentu dengan benda atau situasi tertentu. Misalnya memanggil Bapak kepada orangtuanya.

d. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Dapat diaplikasikan dengan melakukan pembiasaan. Seperti setiap kali mau buang air, bawalah anak ke WC tanpa banyak memberikan penerangan kepadanya.

e. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Dapat diaplikasikan dengan memberikan mainan dan pakaian sesuai jenis kelamin anak. Seperti pada anak laki-laki diberikan mainan robot-robotan, bola, dan pakaiannya berupa kaos dan celana. Perempuan diberikan mainan boneka, dan pakaiannya baju dan rok.


2. Aplikasi perkembangan pada masa sekolah (6,0-12,0)

a. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan. Diaplikasikan dengan melakukan senam pagi dan permainan-permainan ringan, seperti sepak bola, loncat tali, berenang, dan sebagainya.

b. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis. Di aplikasikan dengan mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kebersihan, keselamatan diri, dan kesehatan.

c. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya. Di aplikasikan melalui permainan umpamanya akan tampak bahwa anak laki-laki tidak akan memperbolehkan anak perempuan mengikuti permainannya yang khas laki-laki, seperti main kelereng, main bola, dan layang-layang.

d. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Di aplikasikan dengan diberikan buku-buku, seperti buku dongeng, ilmu pengetahuan atau gambar-gambar yang menarik dan diberikan pengajaran tentang bagaimana menulis, membaca dan berhitung.

e. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari. Diaplikasikan sebagai guru atau orang tua yang mencontohkan kepada anaknya, seperti sebelum makan untuk berdoa dan setelah makan mengucap syukur, lalu piring kotornya diletakkan ditempat cuci piring. Banyak membaca buku-buku atau media cetak lainnya. Semakin dipahami konsep-konsep tersebut, semakin mudah untuk memperbincangkannya dan semakin mudah pula bagi anak untuk mempergunakannya pada waktu berpikir.


3. Aplikasi perkembangan pada masa remaja (12,0-18,0)

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. Aplikasinya, dengan adanya seorang temen yang kemudian menjadi orang yang dapat mengerti, memahami dan belajar menerima kenyataan.

b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita. Aplikasinya, dengan berorganisasi lalu remaja tersebut dapat berperan dimasyarakat.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif. Aplikasinya, dengan membangun pribadi yang sehat, seperti berolahraga di pagi hari. Menekuni salah satu bidang olahraga yang disukai, seperti olahraga basket.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya. Aplikasinya, membiarkan remaja tersebut berpendapat, seperti memilih hubungan hidup, dan ikut serta gotong royong masyarakat.

e. Memilih dan mempersiapkan karier (pekerjaan). Aplikasinya, mencari pekerjaan di salah satu industri untuk kelangsungan hidupnya.

f. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga. Diaplikasikan, memilih pasangan hidup dan pengelolaan keluarga dan pemeliharaan anak.

g. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial. Aplikasinya, turut hadir jika ada masyarakat sedang melakukan gotong royong.

h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam bertingkah laku. Dapat diaplikasikan, sebagai orangtua dapat mencontohkan tingkah laku yang baik kepada anak dan istrinya. Seperti membantu ibunya memasak, membantu bapaknya bertani.

i. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aplikasinya, pembiasaan shalat berjamaah, sering melakukan pengajian, pergi ke masjid/mushola.

j. Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, bahaya penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika.

k. Membantu siswa mengembangkan sikap apresiatif terhadap kondisi dirinya.

l. Melatih peserta didik mengembangkan kemampuan bertahan dalam kondisi sulit dan penuh godaan.


4. Aplikasi perkembangan pada masa dewasa

a. Memiliki keluarga. Aplikasinya dengan menemukan pasangan hidup mereka dapat menjalin dan menciptakan keluarganya yang baru. Mulai menciptakan kehidupan baru dikeluarganya.

b. Memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai orang dewasa. Aplikasinya dengan adanya pasangan hidup dan anak. Kemudian bertanggung jawab membina dan membesarkan keluarganya dan berperan aktif dilingkungan sekitarnya.

Energi Listrik

Definisi energi secara umum adalah kemampuan melakukan usaha. Energi seringkali dicirikan oleh satuannya, yaitu Joule. Sifat Energi Faktanya, energi dapat berubah bentuk. Energi tidak akan lenyap, tetapi berubah. Sebagai contoh, ketika menyetrika baju. Di dalam setrika, terjadi perubahan energi listrik menjadi panas. Begitupun, ketika nonton televisi. Energi listrik menjadi energi cahaya dan suara. Banyak sekali contoh di sekitar Anda yang melibatkan energi karena hampir semua benda menyimpan energi meskipun dalam keadaan diam.

Energi listrik (kekuatan listrik / daya listrik) adalah bentuk energi yang dihasilkan dari adanya perbedaan potensial antara dua titik, sehingga membentuk sebuah arus listrik diantara keduanya ketika dibawa ke dalam kontak melalui sebuah konduktor listrik, dan untuk memperoleh kerja listrik tersebut. Setiap benda mempunyai ribuan muatan listrik. Muatan listrik ada dua macam, yaitu muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron). Benda dengan jumlah proton dan elektron sama disebut benda netral. Ada pula benda bermuatan positif maupun bermuatan negatif. Benda bermuatan positif jika jumlah proton lebih banyak daripada elektron. Benda bermuatan negatif jika jumlah elektron lebih banyak daripada proton.


A. Listrik Statis

Listrik statis adalah listrik yang diam untuk sementara pada suatu benda. Fenomena listrik statis sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menyetrika kain wool, begitu selesai disetrika maka kain wool tersebut menarik rambut-rambut di badan kita saat kain tersebut didekatkan ke tubuh. Atau coba Anda lakukan dengan menggunakan balon, gosokkan ke rambut Anda kemudian tempelkanlah pada dinding. Balon akan menempel pada dinding. Dalam skala yang besar fenomena listrik statis sering kita lihat pada timbulnya petir akibat loncatan muatan listrik statis.

Ketika kita menggosokkan penggaris ke rambut, sejumlah elektron dari rambut berpindah ke penggaris. Akibatnya jumlah elektron pada penggaris bertambah. Penggaris menjadi bermuatan negatif. Perbedaan jumlah muatan pada penggaris ini menimbulkan gejala kelistrikan. Muatan pada penggaris ini bersifat diam (statis). Gejala kelistrikan yang terjadi disebut listrik statis. Gejala kelistrikan statis inilah yang menyebabkan rambut tertarik penggaris, gejala kelistrikan statis juga terjadi pada serpihan kertas yang menempel pada penggaris.
 
Jika dua buah benda yang bermuatan didekatkan akan terjadi dua kemungkinan. Pertama, jika benda bermuatan itu senama ((+ dan +) atau (- dan -)) akan saling tolak menolak. Kedua jika benda bermuatan tersebut tidak senama ( + dan -) akan tarik menarik.


B. Listrik Dinamis

Listrik Dinamis adalah listrik yang dapat bergerak. Salah satu contoh listrik dinamis adalah pada baterai. Baterai mempunyai kutub positif dan kutub negatif. Kutub positif (+) adalah ujung baterai dengan tonjolan kecil. Sementara, kutub negatif (–) adalah ujung baterai yang rata (biasanya mengilap). Jika kedua kutub dihubungkan dengan kabel, elektron mengalir dari kutub positif menuju kutub negatif. Aliran elektron ini disebut arus listrik. Ketika arus listrik melewati lampu, arus listrik menyebabkan lampu menyala. Ketika salah satu ujung kabel dilepas dari kutub baterai, lampu akan mati karena elektorn tidak dapat mengalir. Arus listrik hanya dapat menyala pada rangkaian tertutup.


C. Rangkaian Listrik

a) Rangkaian Seri
Rangkaian seri terbentuk jika dua buah bola lampu atau lebih dihubungkan secara berderet. Demikian pula dengan sumber tegangan juga dihubungkan secara berderet. Pada rangkaian seri apabila salah satu lampu diputuskan ( mati ) maka lampu yang lain juga juga akan mati.

b) Rangkaian Paralel
Rangkaian paralel terbentuk jika dua buah bola lampu atau lebih dihubungkan secara berjajar. Kutub lampu sejenis dihubungkan ke kutub baterai yang sama. Pada rangkaian paralel jika salah satu lampu diputuskan ( mati ), lampu yang lainya tetap menyala. Hal ini terjadi karena lampu yang lain masih terhubung dengan sumber arus listrik Rangkaian Campuran.

c) Rangkaian Campuran
Rangkaian campuran merupakan gabungan dari rangkaian seri dan rangkaian paralel. Keuntungan rangkaian seri adalah hemat kabel, dan rangkaiannya sederhana sehingga membuatnya pun mudah. Kerugiannya pada saat satu lampu mati, yang lain juga mati. Begitu juga pada nyala lampunya, tidak terang (redup). Energinya juga boros, karena digambarkan 1R+1R+1R. Sementara rangkaian paralel adalah 1/R+1/R+1/R. Sementara keuntungan dan kerugian rangkaian paralel adalah kebalikan dari kerugian dan keuntungan seri. Sedang yang disebut rangkaian rumit adalah rangkaian gabungan antara paralel dan seri. Contohnya adalah lampu di rumah.


D. Sumber-sumber Energi Listrik

1. Baterai
Pada ujung baterai terdapat dua buah kutub yaitu kutub positif dan negatif. Jika bungkus bagian luar baterai kita buka akan terlihat lapisan seng, lapisan seng ini berfungsi sebagai kutub negatif. Benda yang berfungsi sebagai kutub positif adalah batang arang yang terdapat di bagian tengah. Batang karbon ini dikelilingi serbuk hitam yang merupakan elektrolit. Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik. Karena elektrolit baterai berupa serbuk, baterai juga sering disebut elemen kering. Pada permukaan luar baterai biasanya terdapat tulisan, misalnya 1,5 volt. Artinya, baterai tersebut bertegangan listrik sebesar 1,5 volt. Volt merupakan satuan yang digunakan untuk menyatakan tegangan listrik.

2. Akkumulator (Aki)
Aki disebut juga elemen basah karena elektrolitnya berupa zat cair(asam sulfat). Aki temasuk sel sekunder, karena selain menghasilkan arus listrik, aki juga dapat diisi arus listrik kembali. Bagian dalam aki terdiri dari lempengan timbal dan timbal peroksida yang dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat. Lempengan timbal tersebut terdiri dari pelat Positif dan pelat Negatif, untuk pelat Positif dibuat dari Timbal Peroksida, Sedangkan pelat Negatif hanya dibuat dari logam timbal. Antara pelat positif dan pelat negetif diberi pemisah supaya tidak bersinggungan yang dapat mengakibatkan hubungan arus pendek. Timbal dan timbal peroksida ini bereaksi dengan asam sulfat, hasil reaksi kimia tersebut menghasilkan listrik.

3. Dinamo dan Generator
Dinamo biasanya digunakan untuk menyalakan lampu pada sepeda. Dinamo terdiri dari kumparan yang ditempatkan di tengah medan magnet, ketika kepala dinamo(bagian yang menempel pada ban sepeda) berputar kumparan tersebut juga ikut berputar. Perputaran kumparan di dalam medan magnet menghasilkan energi listrik. Kecepatan perputaran roda sepeda mempengaruhi besar arus listrik yang dihasilkan. Semakin cepat roda berputar semakin besar energi listrik yang dihasilkan. Jadi dinamo mengubah energi gerak menjadi energi listrik.

Sumber energi listrik yang mengubah energi gerak menjadi energi listrik yang lain adalah generator. Pada generator cara kerjanya hampir sama dengan dinamo, namun energi listrik yang dihasilkan lebih besar. Generator yang besar biasanya digerakkan oleh kincir besar atau turbin. Turbin diputar dengan memanfaatkan tenaga air dari bendungan atau dam.

4. Sel Surya
Matahari merupakan sumber energi yang sangat besar. Energi matahari berupa energi panas dan cahaya. Seiring perkembangan teknologi, energi matahari dapat diubah menjadi energi listrik. Alat yang mampu mengubahnya disebut sel surya. Sel surya dapat dipasang di atap rumah. Sel surya akan menangkap energi matahari dan menyimpannya dalam elemen listrik. Selanjutnya, energi tersebut dapat digunakan untuk menyalakan peralatan listrik. Selain itu, sel surya juga digunakan pada kalkulator dan mobil tenaga surya. Stasiun-stasiun luar angkasa juga memanfaatkan energi matahari.

5. Nuklir
Nuklir merupakan sumber energi yang sangat besar. Energi nuklir dihasilkan dari reaksi atom di dalam sebuah reaktor. Nuklir dapat digunakan sebagai bahan pembuat bom atom. Selain itu, nuklir dapat digunakan sebagai pembangkit listrik. Penggunaan nuklir sebagai sumber energi listrik tidak menimbulkan polusi. Hanya saja, kebocoran nuklir perlu diwaspadai. Kebocoran dapat menyebabkan cacat tubuh, bahkan kematian.


Konduktor dan Isolator Listrik

Konduktor listrik adalah benda yang dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan isolator listrik adalah benda yang tidak dapat menghantarkan arus lisatrik. Contoh benda yang termasuk konduktor listrik adalah benda logam seperti besi, baja, timah, tembaga, dan kuningan. Sedangkan benda yang termasuk isolator listrik adalah kaca, plastik, kain, dan kayu kering.


E. Perubahan Energi Listrik

1. Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Panas
Energi listrik dapat diubah menjadi panas. Ada banyak alat rumah tangga yang dapat mengubahnya. Contohnya, setrika listrik, kompor listrik, dispenser, dan solder. Di dalam alat-alat tersebut terdapat elemen pemanas. Ketika dialiri arus listrik, elemen pemanas menjadi panas.

2. Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Cahaya
Energi listrik juga dapat diubah menjadi energi cahaya. Sekarang, orang sudah mengenal lampu listrik. Lampu listrik mengubah energi listrik menjadi energi cahaya. Dengan lampu listrik, malam hari menjadi terang benderang. Kalian pun dapat belajar dengan nyaman.

3. Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Gerak
Mobil-mobilan baterai bergerak dengan memanfaatkan baterai. Roda mobil dapat berputar karena terhubung dengan motor listrik. Motor listrik inilah yang mengubah energi listrik menjadi energi gerak. Ada banyak peralatan rumah yang memiliki motor listrik. Adanya motor listrik membuat peralatan tersebut dapat menghasilkan energi gerak. Contohnya, kipas angin, blender, mesin cuci, dan pengering rambut.

4. Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi Bunyi
Radio, televisi, handphone (hp), dan bel listrik merupakan penghasil bunyi. Namun, alat itu tidak berfungsi jika tidak ada listrik. Dengan demikian, alat-alat tersebut mengubah energi listrik menjadi energi bunyi.


F. Cara menghemat listrik di rumah

a) Selalu matikan lampu saat meninggalkan ruangan.
b) Matikan perangkat elektronik saat tidak digunakan.
c) Cabut colokan listrik alat elektronik saat hendak pergi karena saat stand-by pun listrik tetap digunakan.
d) Saat hari masih terang, manfaatkan sinar matahari dengan maksimal sebagai penerangan.
e) Lebih baik gunakan satu lampu berukuran besar dibanding beberapa yang berukuran kecil.
f) Gunakan lampu berdaya kecil di area rumah yang tidak membutuhkan sinar terlalu terang.
g) Masak atau panaskan beberapa makanan sekaligus bila menggunakan microwave.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Energi listrik (kekuatan listrik / daya listrik) adalah bentuk energi yang dihasilkan dari adanya perbedaan potensial antara dua titik, yaitu muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron). Benda dengan jumlah proton dan elektron sama disebut benda netral. Ada pula benda bermuatan positif maupun bermuatan negatif. Benda bermuatan positif jika jumlah proton lebih banyak daripada elektron. Benda bermuatan negatif jika jumlah elektron lebih banyak daripada proton.

B.SARAN

Adapun saran untuk kesimpulan diatas yaitu:
Agar penjelaskan mengenai energi listrik harus di perjelas lagi. Berikut dengan rumusannya. Untuk pemanfaatan listrik agar lebih efisien lagi, karena mengingat pemborosan terhadap listrik bisa mengakibatkan dampak buruk bagi Indonesia.

KPK dan FPB



A.Kelipatan Bilangan

Kita telah mengenal operasi hitung penjumlahan dan perkalian bilangan. Operasi-operasi hitung tersebut harus benar-benarkamu pahami karena akan kita gunakan dalam mempelajari kelipatan dan faktor bilangan.
1. Menentukan Kelipatan Suatu Bilangan
Masih ingatkah kalian dengan membilang bilangan loncat? Mari kita perhatikan garis bilangan di bawah ini. Mari kita tuliskan bilangan loncat 2 yang ditunjukkan tanda panah pada garis bilangan di atas. 2, 4, 6, 8, 10, dan seterusnya Dari manakah bilangan-bilangan tersebut diperoleh? Mari kita selidiki bersama-sama.
2 = 2 = 1 × 2
4 = 2 + 2 = 2 × 2
6 = 4 + 2 = 2 + 2 + 2 = 3 × 2
8 = 6 + 2 = 2 + 2 + 2 + 2 = 4 × 2
10 = 8 + 2 = 2 + 2 + 2 + 2 + 2 = 5 × 2
dan seterusnya Ternyata bilangan-bilangan tersebut diperoleh dengan menambahkan 2 dari bilangan sebelumnya atau mengalikan 2 dengan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya. Bilangan-bilangan seperti ini disebut bilangan kelipatan 2. Dengan cara yang sama dapat kita cari bilangan kelipatan 5 sebagai berikut. 44 Ayo Belajar Matematika – Kelas IV
5 × 1 = 5
5 × 2 = 10
5 × 3 = 15
5 × 4 = 20
5 × 5 = 25
dan seterusnya
Jadi, kelipatan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, dan seterusnya.

2. Kelipatan Persekutuan Dua Bilangan
Sudahkah kamu memahami kelipatan bilangan? Jika sudah, mari kita teruskan mempelajari kelipatan persekutuan dua bilangan. Apakah kelipatan persekutuan itu? Mari kita selidiki bersama.Mari kita bahas kegiatan ayo bermain di atas. Cocokkan hasil
pekerjaan kalian dengan garis bilangan loncat berikut ini.
Bilangan-bilangan kelipatan 2 adalah
2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, …
Bilangan-bilangan kelipatan 3 adalah
3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, …
Bilangan-bilangan yang sama dari kelipatan kedua bilangan
tersebut adalah
6, 12, 18, 24, …
Bilangan-bilangan 6, 12, 18, 24, …
disebut kelipatan persekutuan dari
2 dan 3.
Samakah jawaban kalian? Cobalah untuk kelipatan-kelipatan bilangan yang lain. Setelah itu, mari kita tuliskan kesimpulan bersama-sama.
Kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah kelipatankelipatan
dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama.

B. KPK dan FPB
Setelah mempelajari konsep kelipatan dan faktor dari suatu bilangan serta dapat menentukan kelipatan persekutuan dan faktor persekutuan, selanjutnya mari kita pelajari kelipatan persekutuan terkecil yang biasa disingkat KPK dan faktor persekutuan terbesar yang biasa disingkat FPB.
1. Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
Apakah yang dimaksud KPK dari dua bilangan? Bagaimanakah
cara menentukannya? Mari kita bahas dan pelajari bersama.
Mari kita cari kelipatan persekutuan dari bilangan 4 dan 6.
Kelipatan 4 adalah 4, 8, 12 , 16, 20, 24 , 28, 32, 36 , 40, 48 …
Kelipatan 6 adalah 6, 12 , 18, 24 , 30, 36 , 42, 48 , 54, 60, …
Kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, 36, 48, …
Coba kamu perhatikan. Berapakah kelipatan persekutuan dari
4 dan 6 yang paling kecil? Bilangan itulah yang disebut KPK
dari 4 dan 6. Jadi, diperoleh KPK dari 4 dan 6 adalah 12.
C. Menyelesaikan Masalah KPK dan FPB
Apa kegunaan KPK dan FPB? Adakah contoh permasalahan yang dapat diselesaikan dengan konsep KPK dan FPB? Mari kita bahas dan pelajari bersama.
1. Menyelesaikan Masalah Berkaitan dengan KPK
Ema dan Menik sama-sama ikut les matematika. Ema masuk setiap 4 hari sekali, sedangkan Menik masuk setiap 6 hari sekali. Jika hari ini mereka masuk les bersama-sama, berapa hari
lagi mereka masuk les bersama-sama dalam waktu terdekat?Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan di atas? Mari kita selesaikan bersama-sama. Berikut adalah urutan jadwal Ema
dan Menik masuk les setelah hari ini.Jadi, mereka akan kembali masuk les bersama-sama dalam
12 hari lagi.Apa yang dapat kalian simpulkan dari penyelesaian masalah di atas? Betul, 12 adalah KPK dari 4 dan 6. Jadi, penyelesaian permasalahan di atas menggunakan KPK.
2. Menyelesaikan Masalah Berkaitan dengan FPB
Dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, Ema membagikan 75 buku tulis dan 50 pensil kepada anak-anak yatim piatu. Setiap buku tulis dan pensil akan dibagikan kepada anak-anak dengan jumlah yang sama banyak.
a. Berapa anak yatim yang bisa mendapatkan buku tulis dan
pensil?
b. Berapa buku tulis dan pensil untuk masing-masing anak?
Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan kali ini? Mari kita selesaikan bersama-sama.
Ada 75 buku tulis. Agar setiap anak mendapat bagian yang
sama banyak, maka buku tulis tersebut dapat dibagikan kepada:
1 anak, 3 anak, 5 anak, 15 anak, 25 anak, atau 75 anak
Ada 50 pensil. Agar setiap anak mendapat bagian yang sama
banyak, maka pensil tersebut dapat dibagikan kepada:
1 anak, 2 anak, 5 anak, 10 anak, 25 anak, atau 50 anak
Jika setiap buku tulis dan pensil dibagikan kepada anak-anak
dengan jumlah yang sama banyak, maka buku tulis dan pensil
tersebut dapat dibagikan kepada 1 anak, 5 anak, atau 25 anak.
Jadi, penyelesaian masalah di atas adalah sebagai berikut.
a. Banyak anak yatim yang mendapatkan buku tulis dan pensil dengan bagian yang sama, paling banyak 25 anak.
b. Setiap anak mendapatkan 75 : 25 = 3 buku tulis dan 50 : 25 = 2 pensil.
Jika kamu perhatikan dengan seksama, 25 adalah FPB dari 75 dan 50. Jadi, penyelesaian permasalahan di atas dilakukan dengan menggunakan FPB.


§  Cara mencari KPK

Caranya anda bisa menggunakan cara menuliskan kelipatannya satu per satu. Contoh:

KPK dari 12 dan 15 adalah:

Kelipatan 12: 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, 108, 120, 132, ...
Kelipatan 15: 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, 120, 135, 150, 165, ...

Kelipatan dari 12 dan 15 yang sama diatas adalah 60, 120, dan seterusnya. Karena kita mencari yang terkecil, maka KPK dari 12 dan 15 adalah 60.


Apabila angka yang akan dicari KPK-nya besar, maka cara diatas sulit dipakai. Ada cara yang lebih mudah lagi dibandingkan cara diatas. Yaitu dengan cara menggunakan faktorisasi prima.

Waduh... kalau ada yang lebih mudah, kenapa pake cara diatas?

Nah, caranya begini.

Misalkan yang ingin dicari faktorisasi prima-nya angka 60. Nah, kita cari bilangan prima terkecil yang bisa membagi angka 60.

Bilangan prima terkecil yang bisa membagi 60 adalah 2. Lalu bagilah 60 dengan 2. Didapatkan angka 30. Lalu cari bilangan prima terkecil yang bisa membagi angka 30, yaitu 2. Lalu bagi 30 dengan 2. Didapatkan 15. begitu terus, sampai angkanya tidak bisa dibagi lagi dengan bilangan prima apapun.

Nah, kira-kira bisa dijelaskan dengan gambar dibawah ini.



Nah, lalu kumpulkan semua bilangan prima. Yaitu 2, 2, 3, dan 5. Nah, apabila ada bilangan yang sama, jadikan dalam bentuk pangkat. Ada 2 buah angka 2. Jadi 22.

Jadi, faktorisasi prima dari 60 adalah 22 x 3 x 5.

Nah, bila dicari KPK-nya, kalikan semua bilangan, lalu apabila ada bilangan yang sama, cari yang pangkatnya lebih tinggi.

Contoh: KPK 30 dan 36.

30 = 2 x 3 x 5
36 = 22 x 32

Karena ada 2 buah angka 2 dan 3, cari yang pangkatnya lebih tinggi. Dalam hal ini adalah 22 dan 32. Jadi KPK dari 30 dan 36 adalah 22 x 32 x 5. = 4 x 9 x 5 = 180


§  Cara mencari FPB

Nah, cara mencari FPB, salah satunya dengan cara menyebutkan satu-persatu faktornya dan cari faktor yang sama dan yang paling besar.

Misal:

Faktor 15: 1, 3, 5, 15
Faktor 25: 1, 5, 25

FPB 15 dan 25: 5

Sebenarnya ada cara lain. Yaitu menggunakan faktorisasi prima. Caranya yaitu dengan mencari faktor prima yang berada di kedua bilangan dan mempunyai pangkat paling kecil.

Contoh: FPB 30 dan 36.

30 = 2 x 3 x 5
36 = 22 x 32

Maka FPB 30 dan 36: 2 x 3 = 6
2. Dengan Menggunakan Tabel
§  Mencari FPB
·         Buatlah cara tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang dicari FPB-nya.
·         Beri tanda faktor prima yang sama.

Contoh

a.      Tentukan FPB dari bilangan 21 dan 35


21
35
3
7
5
5
7
1
7
1
1



                          FPB  =  3

b.      Tentukan FPB dari bilangan 36 dan 54
c.        

36
54
2
18
27
2
9
27
3
3
9
3
1
3
3
1
1

                          FPB  = 2 X 3 X 3
     =  2 X 32  =  18

d.      Tentukan FPB dari bilangan 75, 105 dan 120


75
105
120
2
75
105
60
2
75
105
30
2
75
105
15
3
25
35
5
5
5
7
1
5
1
7
1
7
1
1
1

                          FPB  =  3  X  5  =  15
§  Mencari KPK
·         Buatlah cara tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang dicari KPK-nya.
·         Kalikan semua faktor prima.

Contoh

a.      Tentukan KPK dari bilangan 16 dan 40


16
40
2
8
20
2
4
10
2
2
5
2
1
5
5
1
1
                          KPK  =  2 X 2 X 2 X 2 X 5
                                  =   24 X 5  =  80

b.  Tentukan KPK dari bilangan 36 dan 64


36
54
2
18
27
2
9
27
3
3
9
3
1
3
3
1
1

                          KPK  = 2 X 2 X 3 X 3 X 3
     =  22 X 33  =  108

b.      Tentukan KPK dari bilangan 10, 15 dan 25


10
15
25
2
5
15
25
3
5
5
25
5
1
1
5
5
1
1
1

                          KPK  =  2  X 3  X  5  X 5 
        =   2 X 3 X 52 =  150